Nasywa Nadia Shafira, mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro (UNDIP) angkatan 2021, berhasil mengharumkan nama kampus dalam ajang internasional. Bersama dua rekannya, Sherly dan Naila, mereka meraih kemenangan dalam kompetisi video Global Youth Voices: Digital Interfaith Storytelling Campaign 2025 yang diselenggarakan oleh Journalists and Writers Foundation (JWF), organisasi berbasis di New York, Amerika Serikat.
Kompetisi ini merupakan bagian dari perayaan World Interfaith Harmony Week 2025, sebuah inisiatif Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mendorong dialog dan harmoni lintas iman. Acara ini mengundang pemuda dari seluruh dunia untuk menyampaikan pesan tentang perdamaian, toleransi, dan keragaman keyakinan melalui video singkat berdurasi 2–3 menit. Video karya tim Nasywa terpilih dan ditayangkan dalam webinar global pada 26 Februari 2025, setelah melalui proses seleksi ketat hingga batas akhir pengumpulan pada 21 Februari 2025.
Motivasi Nasywa mengikuti kompetisi ini berangkat dari keyakinannya bahwa komunikasi bisa menjadi alat yang kuat untuk menciptakan jembatan antar manusia.
“Aku percaya komunikasi bisa jadi jembatan antar perbedaan. Ini bukan sekadar lomba, tapi ruang untuk menyuarakan hal-hal esensial,” ungkapnya.
Dalam proses kreatifnya, mereka memilih format video bergaya webinar profesional agar terasa dekat dan relevan dengan audiens global. Konsep ini juga menjadi cara mereka untuk menunjukkan bahwa pesan toleransi bisa disampaikan secara tenang, terstruktur, namun tetap menyentuh.
Namun, proses menuju karya akhir bukan tanpa tantangan. Tantangan terbesar yang mereka hadapi adalah membagi waktu antara kesibukan kuliah dan produksi video yang cukup padat dalam waktu terbatas. Jadwal kuliah yang padat, tugas yang menumpuk, serta perbedaan waktu kerja antar anggota tim membuat koordinasi tidak selalu mudah.
“Sempat bingung bagi waktu, apalagi pas semua lagi hectic banget. Tapi karena kita kerja bareng dan saling support, akhirnya bisa jalan terus,” jelas Nasywa.
Proses produksi yang dilakukan sepenuhnya secara daring tidak menghalangi soliditas tim. Koordinasi yang intens melalui media digital dan pembagian peran yang jelas membuat semua proses berjalan lancar.
Sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi, Nasywa merasa pencapaiannya sangat ditopang oleh ilmu yang ia pelajari selama kuliah. Mata kuliah seperti Public Speaking, Komunikasi Antarbudaya, dan Komunikasi Perencanaan dan Riset (KPR) membantunya menyusun struktur narasi, menyampaikan pesan secara efektif, hingga menjaga kualitas komunikasi visual dan verbal selama proses pembuatan video.
“Dari lomba ini aku sadar, ilmu komunikasi itu bisa banget dibawa ke ranah global. Kata-kata yang disampaikan dengan tulus bisa jadi kekuatan yang mengubah dunia,” tuturnya.
Bagi Nasywa, pencapaian ini bukan akhir, tapi titik awal untuk terus berkarya. Ia berharap teman-teman Ilkom maupun calon mahasiswa baru tidak ragu untuk mengambil peluang, bahkan di ranah yang belum pernah dijajal sebelumnya.
“Jangan takut mulai dari hal kecil. Suara kita penting, dan lewat komunikasi, kita bisa jadi bagian dari perubahan.”
0 Komentar