Dokumentasi Pengenalan Asia University (Sumber : Marcella Vyskarrin)
Semarang – Pandemi Covid-19 tidak membatasi mahasiswa FISIP Undip (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Diponegoro) untuk tetap bisa berpartisipasi mengikuti perkuliahan dari kampus luar negeri.
Asia University, selaku penyelenggara program Virtual Exchange Summer, telah memberikan kesempatan kepada sepuluh mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi dari angkatan 2019, 2020, dan 2021.
Mereka adalah Salma Nadira Yasmin, Salsa Nurul Syifa, Andrea Caroline, Salma Nadira Yasmin, Salsa Nurul Syifa, Salsa Amalia Zulhidayati, Vania Alyanissa, Andrea Caroline, Tjen Jocelyn Ivanna, Naura Iftika Ramadhani, Marcella Vyskarin dan Naufal Abiy.
Kesempatan tersebut memberikan peluang bagi mahasiswa yang ingin merasakan proses belajar di negeri formosa secara daring selama 1 semester, terhitung sejak 14 Februari 2022 hingga 18 Juni 2022.
Biaya yang dikenakan dalam program ini adalah sebesar $200 – $250, tetapi penjalinan kerja sama yang diadakan oleh Undip dan Asia University membuat para mahasiswa tidak harus mengeluarkan biaya sepeserpun.
Alur pendaftaran yang dilewati dalam program ini cukup mudah, yaitu hanya dengan mengisi form excel berisi data yang telah disediakan. Namun, terdapat hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu mata kuliah pilihan yang harus sudah mendapat persetujuan Kaprodi (Kepala Program Studi) Ilmu Komunikasi terlebih dahulu.
Salsa, peserta program pertukaran pelajar dari Ilmu Komunikasi angkatan 2020, mengaku bahwa pihak Departemen Ilmu Komunikasi sangat berperan dalam membantu proses pendaftaran, mulai dari menyelaraskan IRS (isian rencana studi) untuk menentukan apakah mata kuliah yang diambil sudah sesuai dengan SKS (satuan kredit semester) yang ingin dikonversi hingga proses penerimaan.
Di sisi lain, pihak departemen mengungkapkan bahwa terjadi beberapa kendala saat proses pemberkasan.
“Sempat ada beberapa mahasiswa yang kebingungan dalam menulis asal departemen. Mereka salah menulis departemen dikarenakan banyak mahasiswa departemen lain yang juga mengikuti program ini. Beberapa tidak terdeteksi sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi, tetapi terdaftar sebagai mahasiswa departemen lain. Hal itu membuat kami sedikit kebingungan,” ujar Amida Yusriana sebagai salah satu anggota International Office FISIP.
Selain itu, kendala lain yang terjadi ialah terdapat beberapa mata kuliah pilihan mahasiswa yang belum memiliki learning objective serupa dengan yang diterapkan oleh Universitas Diponegoro.
Aral tersebut kemudian bisa teratasi dengan diadakannya pertemuan antara kaprodi dan mahasiswa guna membedah satu persatu mata kuliah agar bisa diputuskan apakah mata kuliah tersebut bisa dikonversi atau tidak. Pihak departemen dengan teliti mengkaji hal ini karena tidak ingin mahasiswa tertinggal meski hanya satu mata kuliah pun.
Terlepas dari beberapa kendala di atas, Caroline, peserta program pertukaran pelajar dari Ilmu Komunikasi angkatan 2019, mengungkapkan bahwa ia tetap bersemangat untuk mengikuti program ini. Semangat tersebut berangkat dari motivasi ingin memanfaatkan kesempatan yang tidak akan datang dua kali hingga keinginannya untuk merasakan pengalaman dalam mengenyam pendidikan di Taiwan, pemilik sistem pendidikan tinggi yang sangat baik.
“Sejauh ini, aku dapat insight dan pengalaman yang beda. Aku ambil mata kuliah Multiculturalism & Global Perspective yang kalau dikonversi ke mata kuliah di Undip itu berkaitan dengan komunikasi budaya. Dengan ambil mata kuliah ini di Taiwan, aku merasa juga akan dapat sudut pandang tentang budaya yang berbeda,” tambahnya.
Lebih lanjut, Caroline menerangkan jika ia sangat antusias mengikuti program ini karena meskipun dilaksanakan via daring, program ini tetap terasa menyenangkan. Ia pun menjelaskan secara singkat bagaimana sistem pembelajaran yang kurang lebih sudah berjalan selama setengah bulan ini.
“Selama pembelajaran, sejauh yang sudah aku ikuti, dosen atau profesornya itu menyampaikan materi langsung dari kelas di sana. Jadi, kita sebenarnya juga gabung dengan beberapa mahasiswa yang offline di Taiwan. Materi yang disampaikan juga sebelumnya sudah dibagikan ke mahasiswa melalui aplikasi yang dianjurkan dari mereka bernama Tron Class.”
“Satu kelas virtual berjumlah sekitar 130 mahasiswa dan beberapa diantaranya berasal dari India. Karena ini memang kelas exchange, jadi penyampaian materi tentunya tidak dengan bahasa Mandarin, tapi bahasa Inggris,” jelasnya.
Ia pun menambahkan bahwa selama 2 jam pembelajaran, terdapat satu kali short break berdurasi 15 menit yang digunakan untuk menyaksikan video terkait materi konteks pembelajaran saat itu.
Kegiatan pembelajaran antara dosen dan mahasiswa sudah berlangsung secara interaktif baik dengan mahasiswa yang berada di kelas, maupun yang belajar secara daring.
Amida berharap kepada semua peserta Virtual Exchange Spring Program Asia University 2022 baik dari mahasiswa IUP maupun reguler agar mampu mendapatkan refreshment dari proses belajar.
Tak hanya itu, ia berharap mahasiswa bisa lebih merasakan bagaimana situasi pembelajaran di negara lain, bagaimana dosen di negara lain mengajar, dan bagaimana contoh materi yang diajarkan sehingga diharapkan pula wawasan mahasiswa dapat bertambah.
Reporter: Hikmatul Mufarichah / Alivia Nuriyani Syiva / Almira Khairunnisa
Penulis: Risa Nurhaliza
Editor: Langgeng Irma Salugiasih
0 Komentar