Logo resmi IISMA, Gambar: Instagram @kampusmerdeka.ri
Semarang—Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) atau Beasiswa Mobilitas Internasional Mahasiswa Indonesia merupakan salah satu program bagi mahasiswa S-1 perguruan tinggi di Indonesia untuk turut merasakan rangkaian pembelajaran di luar negeri. Program yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) diharapkan dapat menunjang mahasiswa Indonesia untuk meningkatkan wawasan dan kompetensi di dunia secara lebih luas sesuai dengan minatnya.
Bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka ini berjalan selama satu semester sesuai Kepmen Nomor 74/P/2021 dengan jaminan pengakuan maksimal setara 20 SKS. Kegiatan berlangsung di perguruan tinggi mitra internasional dan dilakukan dengan pengambilan tiga sampai empat mata kuliah untuk bisa belajar bersama mahasiswa asing lainnya di kelas yang sama.
Memiliki manfaat yang bisa dibilang tidak sedikit, seperti tuition fee, allowance (living cost, insurance), visa, dan tiket pesawat, membuat seleksi IISMA semakin terlihat ketat, terbukti dengan syarat yang diperlukan, terdiri atas kemampuan bahasa Inggris (IELTS, TOEFL iBT, TOEFL ITP, Duolingo Test), surat rekomendasi dari perguruan tinggi asal, dan minimum IPK 3.0 dengan lampiran transkrip nilai.
Kesempatan luar biasa karena bisa melakukan pembelajaran di perguruan tinggi internasional setara dengan manfaat yang diberikan, Latissya Eririan Kloer, Ilmu Komunikasi 2019, menceritakan bagaimana IISMA menjadi peluang besar bagi pengembangan dirinya.
“Tujuan utama aku sebenarnya melihat ini (program IISMA) sebagai opportunity gitu, sih. Sebagai peluang buat aku untuk menambah pengalaman. Berhubung program ini dibiayai pemerintah dari berbagai keperluannya, jadi aku melihat ini sebagai peluang untuk mengembangkan diri juga,” jelas Latissya.
Masih berkaitan dengan manfaat dari IISMA yang sungguh menarik perhatian, Shafa Amira Rezkananda, Ilmu Komunikasi 2018, menerangkan bahwa program ini membawa dampak baik, termasuk pengalaman yang tidak bisa didapatkan di perguruan tinggi di Indonesia.
“Aku ikut program IISMA karena aku International Undergraduate Program (IUP) dan memang diharuskan untuk exchange. Jadi, waktu itu aku pikir, kenapa nggak sekalian dicoba aja. Selain itu, kayaknya akan menyenangkan kalau ikut program exchange ke negara lain dengan teman-teman dari kampus lain se-Indonesia sehingga aku bisa mendapat banyak kenalan baru,” ungkap Shafa.
Shafa merasa perlu banyak belajar di kesempatan yang telah diterimanya, yaitu sebagai bagian dari IISMA 2021 dengan mengangankan pembelajaran di perguruan tinggi internasional yang mengutamakan diskusi kelompok sehingga mahasiswa selalu aktif. Ia sangat antusias terhadap program pertukaran pelajar ini karena yakin dengan banyak manfaat yang akan diterima nantinya.
“Aku awalnya memilih Maastricht University karena menurut informasi, cara belajar di sana menggunakan Problem Based Learning yang mengutamakan diskusi di kelompok-kelompok kecil yang mengharuskan mahasiswanya selalu aktif. Akan tetapi, kuota dari Maastricht University sedikit, aku dipindahkan ke University of Pecs di Hungary. Aku tetap sangat antusias mengikuti program ini karena University of Pecs adalah salah satu universitas tertua di Hungary,” ujar Shafa.
Sama-sama memiliki keinginan model pembelajaran yang berbeda dari perguruan tinggi asal dan ingin menggali kemampuan lebih lagi, Latissya merasa persiapan selama proses seleksi IISMA adalah bagian paling penting. Banyak komponen yang perlu diperhatikan, termasuk kesiapan diri pada setiap rangkaian seleksi.
“Kurang lebih yang dipersiapkan itu transkrip nilai dengan IPK minimal di 3.0, English proficiency test certificate, dan surat rekomendasi kampus. Pas pendaftaran, kita disuruh isi pertanyaan essai. Setelah submit, ada jeda sekitar seminggu, ada 2.567 peserta yang daftar. Untuk yang lolos akan dikasih jadwal wawancara yang berlangsung tiga hari. Wawancaranya sendiri sekitar maksimal 15 menit, full bahasa Inggris,” jelas Latissya.
Setelah dinyatakan sebagai kandidat IISMA 2021, Latissya berharap bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mengetahui bagaimana orang Eropa menjalin interaksi. Ia pun merasa ingin lebih paham akan persiapan untuk mendapatkan pengalaman yang berhubungan dengan negara-negara Eropa. Bukan hanya itu, Latissya berharap bisa mengajak teman atau adik tingkat dalam persiapan IISMA periode berikutnya dengan membagikan ilmu yang diperolehnya selama satu semester.
“Di KU Leuven, aku angkatan 2019 sendiri, lainnya 2018. Aku melihat mereka semua lebih experienced dalam hal yang berhubungan dengan Eropa. Bukan experienced, sih, tetapi lebih knowledgeable aja. Aku juga berharap bisa mengajak teman atau adik tingkat yang lain bahwa program ini worth it. Aku pun dengan senang hati membagikan ilmu yang aku pelajari di sana ke orang lain,” tutup Latissya.
Penulis: Kartika Conny Brilliant Dwikananda
Reporter: Febronia Jessica Inez I. / Almira Khairunnisa S.




0 Komentar