Kelulusan mahasiswa (Foto : Google)
Ikhsanny Novira |
Thriyani Rahmania |
SEMARANG—Sudah setahun lebih pandemi Covid-19 memberikan dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat di berbagai aspek. Interaksi sosial yang semakin terbatas akibat tuntutan untuk menaati protokol kesehatan, telah menjadi kebiasaan baru yang dinormalisasi sebagian besar orang.
Namun, bagaimana perjuangan mereka yang harus menyelesaikan jenjang pendidikan di masa yang tidak menentu seperti sekarang? Pengalaman ini harus dirasakan oleh mahasiswa tingkat akhir prodi Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro yang sedang menyusun skripsi atau tugas akhir pada masa pandemi Covid-19.
Masa pandemi membuat mahasiswa tingkat akhir terpaksa harus menyusun skripsinya secara daring dari rumah masing-masing. Thriyani Rahmania, mahasiswi Ilmu Komunikasi angkatan 2017, menceritakan kendala yang ia hadapi selama mengerjakan skripsi secara daring. Menurutnya, kendala yang ia hadapi dapat berasal dari dua faktor baik internal maupun eksternal.
“Mood yang seringkali up and down membuat saya harus mengerti betul bagaimana mengembalikan good mood. Beruntung saya memiliki supporting system yang sangat mendukung dan terus berada di sekitar circle tersebut,” ujar Thriyani.
“Tak kalah penting, peran dosen pembimbing yang dalam hal ini pada sesi konsultasi dengan hanya mengandalkan chat via online sehingga seringkali muncul misinterpretasi antar kedua belah pihak.”
Walaupun demikian, Thriyani mengungkapkan bahwa terdapat kontribusi Departemen Ilmu Komunikasi yang ia rasakan selama pengerjaan skripsi, yaitu sumber bacaan berbentuk e-book yang sangat mumpuni dari dosen pembimbing dan Departemen Ilmu Komunikasi. Selain itu, ia merasa terbantu dengan respons cepat dari pihak admin jurusan dan ketua departemen dalam hal pengurusan administrasi persyaratan filter maupun sidang skripsi.
Berbeda dengan pengalaman Ikhsanny Novira, mahasiswi Ilmu Komunikasi angkatan 2017, ia mengatakan bahwa selama berkonsultasi dengan dosen pembimbing tidak ada masalah yang berarti. Dalam hal mengikuti bimbingan dengan dosen pembimbing, Ikhsanny bersama kelompok melakukan panggilan daring melalui platform Microsoft Teams. Menurutnya, kendala pengerjaan skripsi terdapat pada sulitnya menemukan sumber bacaan.
“Kalau cari di internet pun kebanyakan terkunci kan, buku-buku pun terbatas banget. Kalaupun ada itu berbahasa inggris semua, kalau sumber buku berbahasa indonesia untuk penelitianku hampir nggak ada. Di I-pusnas itu terkadang ada, tetapi antre jadi, tetap kesulitan dapat,” ungkap Ikhsanny.
Ikhsanny menambahkan bahwa ia termudahkan dengan kembali dibukanya perpustakaan FISIP. Di perpustakaan, ia dapat membaca ulang sumber bacaan dan dapat mengeksplor lagi. Hal ini disebabkan pencarian sumber bacaan dari internet bersifat kurang maksimal dan sangat terbatas. Padahal dalam pengumpulan data, ia berencana melakukan wawancara secara daring melalui telepon karena jenis data yang dipakai adalah kualitatif.
“Buat kalian yang belum skripsi, rajin-rajinlah menggali informasi mengenai penelitian yang ingin kamu ambil di skripsi. Rajin-rajin baca mengenai topik itu biar nanti lebih gampang dalam proses penyusunan skripsi,” pesan Ikhsanny.
“Jujur aku sendiri dulu meskipun, sudah cari tahu mengenai apa yang ingin aku teliti, ternyata pemahaman aku kurang dalam,” tambahnya.
Sama seperti Ikhsanny, Thriyani ikut membagikan tips dan trik yang ia gunakan untuk mengerjakan skripsi. Ia merumuskan tips dan trik tersebut menjadi empat poin, yaitu memahami dan mempertajam topik dengan memperbanyak referensi bacaan, mendekatkan diri dengan lingkungan yang positif dan mendukung, memahami bahwa revisi adalah sebagian dari proses, dan terus bersabar, berusaha, serta berdoa.
“Slow progress is progress. Percayalah usaha tidak akan mengkhianati hasil. Yakin dan terus berjuang sampai titik darah penghabisan!” tutupnya.
Penulis: Febronia Jessica Inez Indriani
Reporter : Rahma Kurniasari, Amelia Nuraini Purnomo
Editor : Dian Rahma Fika Alnina
0 Komentar