Semarang—Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) merupakan kompetisi mahasiswa antar perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Dirjen Dikti Kemendikbud RI). Sejak tahun 2013, Pilmapres sudah menjadi ajang yang sangat bergengsi bagi hampir semua perguruan tinggi di Indonesia, tak terkecuali bagi Universitas Diponegoro (Undip).
Tahun 2020 lalu, nama Undip diharumkan oleh seorang mahasiswi dari Fakultas Teknik bernama Amanda Margareth Inganta Sebayang yang berhasil menduduki peringkat kedua Mahasiswa Berprestasi se-Indonesia. Pada tahun yang sama, Departemen Ilmu Komunikasi pun dibuat bangga atas terpilihnya salah satu mahasiswi terbaik program studi S1 Ilmu Komunikasi sebagai juara 1 Pemetaan Mawapres Undip tahun 2020, yaitu Tjen Maurilia Zerlina angkatan 2018.
Sebagai seorang Mawapres, Tjen tentu saja memiliki segudang prestasi. Tiga di antaranya adalah menjadi penerima beasiswa XL Future Leaders, magang melalui program Business and Development Internship di Narasi.tv, dan meraih medali emas pada lomba Advanced Innovation Global Competition di Universitas Nanyang Singapura tahun 2019. Tak hanya itu, Tjen juga sangat berpengalaman dalam berorganisasi. Selama berkuliah, ia aktif di tiga organisasi ternama, yaitu AIESEC Semarang, LPM OPINI, dan XL Future Leader.
Sebelumnya, tidak pernah terpikirkan oleh Tjen untuk menjadi Mawapres. Selama ini ia hanya mengikuti alur karena awalnya ditunjuk sebagai perwakilan oleh pihak departemen. Merasa perlu memaksimalkan kesempatan, Tjen pun mengikuti segala proses dengan sungguh-sungguh. Selain mempersiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan, menurut Tjen persiapan fisik dan mental tidak kalah pentingnya. Ia tahu bahwa rangkaian proses ini akan sangat melelahkan dan persiapan dari dalam diri akan membantunya melewati masa-masa sulit.
Bagi Tjen, keseimbangan antara akademik dan nonakademik adalah kunci dalam pemilihan Mawapres. IPK di atas 3,00 harus terus dipertahankan karena termasuk poin yang sangat penting. Kendati demikian, pengalaman organisasi juga sesuatu yang perlu dimiliki.
“Ikut organisasi atau ikut lomba itu yang jadi poin penting. Karena kan harus punya sepuluh prestasi, kalau bisa di-list kesepuluhnya itu. Jadi, lebih ke lomba dan pengalaman ya, tapi gak menutup kemungkinan kalau prestasi akademik juga bisa mendukung,” tambah Tjen.
Tjen merasa fokus dan tahan banting adalah sikap yang bisa mengantarnya untuk menjadi Mawapres seperti sekarang ini. Pernyataan itu bukan tanpa sebab, Tjen mengaku proses yang ia lalui cukup panjang dan melelahkan. Selain itu, ia juga harus konsisten dalam bersikap dan mempertahankan citra baiknya.
“Karena setelah menjadi mawapres itu kamu menyandang titel sebagai Mawapres dan orang-orang akan melihat kamu dari tingkahmu, dari bagaimana kamu berperilaku, dan apakah kamu mencerminkan titel tersebut atau tidak,” ujar Tjen.
Rangkaian prosesnya menjadi Mawapres tidak hanya menyita banyak waktu dan melelahkan, ia mengaku ada banyak sekali keuntungan yang ia rasakan. Melalui program ini, ia punya kesempatan untuk memperluas social networking, mengasah public speaking, dan belajar hal-hal baru dari teman-temannya yang ada di Mawapres. Berkat itu juga, ia beberapa kali berkesempatan menjadi speaker di berbagai webinar.
Tidak lupa, ia berpesan kepada seluruh mahasiswa yang berminat menjadi Mawapres untuk berpegang teguh pada komitmen, melakukan yang terbaik, dan mengikuti proses dengan sungguh-sungguh. Ia juga berharap program Mawapres tahun ini tidak mengalami kendala seperti keterlambatan informasi.
Menurutnya, untuk mengasah kreativitas dan inovasi mahasiswa membutuhkan persiapan dan tidak bisa dikejar-kejar waktu. Ia juga menyarankan untuk memperluas networking dan menciptakan komunikasi yang baik dengan siapapun karena dukungan dari orang lain itu penting.
“Harapanku juga kita bisa berprestasi yang memang benar-benar berprestasi dan punya kontribusi. Bukan cuma menyandang gelar Mawapres saja,” tutup Tjen.
Reporter: Amelia Nuraini Purnomo
Penulis: Dinda Khansa Berlian
Editor : Dian Rahma Fika A.
0 Komentar