Semarang – Kegiatan riset ternyata tidak hanya dibutuhkan oleh perusahaan non profit semata melainkan juga penting untuk perusahaan profit. Riset dapat membantu untuk mengetahui informasi serta kondisi pasar dan konsumen yang menjadi target. Informasi yang tepat tentang konsumen dapat dijadikan dasar dalam merancang strategi komunikasi produk dengan cara yang tepat pula. Seperti halnya yang dilakukan oleh Dwi Wahyu, MM selaku Head of Consumer Insight dari Kraft Heinz ABC.
Dalam kuliah umum yang diselenggarakan oleh Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Undip pada Rabu (18/11) lalu Wahyu memaparkan pentingnya riset bagi perusahaan. Sebelumnya Wahyu selalu mengunjungi berbagai tempat bahkan hingga ke pelosok daerah hanya untuk mencari tahu dan mengenal target konsumen. Wahyu telah bergelut di bidang consumer insight selama hampir 15 tahun. “Dulu orang menyebutnya adalah marketing research tapi poinnya adalah sama, bahwa gimana kita sebagai orang tuh tahu segala macam tentang consumer,” jelas Wahyu
Di hadapan kurang lebih 300 partisipan Wahyu mengungkapkan bahwa kondisi pandemi ini memang menghalanginya untuk berinteraksi langsung dengan konsumen tetapi tidak berarti bahwa ia tidak melakukan riset terhadap konsumen.
“Yang rutin kita lakukan sebagai consumer insight team adalah kita melakukan regular track ke consumer, meskipun sekarang situasi lagi pandemi begini, saya tetap melakukannya lewat (aplikasi) zoom atau Microsoft teams, jadi saya ketemu dengan ibu-ibu di Medan, saya ngobrol,” ungkapnya.
Pada kegiatan yang dimoderatori oleh Rouli Manalu Ph.D selaku Ketua Prodi S1 Ilmu Komunikasi Undip, Wahyu juga menambahkan aturan main yang terdapat di consumer insight itu sendiri.
“Nah, di dalam dunia bisnis pasti akan selalu ada yang namanya masalah, meski posisinya sudah menjadi market leader sekalipun. Kita ada 5 tahapan yaitu mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, mencari solusi alternatif, mengimplementasikan solusi, dan yang terakhir adalah evaluasi,” imbuhnya.
Pada kegiatan yang dilaksanakan secara daring melalui aplikasi Zoom tersebut Wahyu juga berbagi cerita mengenai pengalaman kegagalannya saat launching produk dua tahun yang lalu. Meskipun sudah melewati proses riset yang sangat panjang namun itu tidak cukup menjamin keberhasilan. Banyak data riset yang bahkan mengatakan bahwa persentase keberhasilan launching produk baru hanya 10% sampai 15% saja, 85% lainnya adalah potensi untuk gagal.
Lebih lanjut, Wahyu juga menyampaikan tahapan yang harus dilalui sebelum melakukan launching produk. “Jadi, semua tahapan nantinya selalu di validate ke konsumen, bukan setelah proses akhir baru di validate, tapi di setiap stage. Tahapan pertama adalah menemukan ide, kemudian pengembangan konsep, pengembangan produk, dan terakhir adalah tahap komersialisasi,” ujar Wahyu.
Selain itu, Wahyu mencoba menerapkan science dalam dunia kreatif periklanan. Wahyu paham betul bahwa biaya iklan itu tidaklah murah dan tidak ada jaminan bahwa iklan akan sukses, karenanya penting untuk melakukan riset.
Sebagai closing remark Wahyu menekankan ulang pentingnya riset dalam perusahaan profit. Banyak talent berbakat tetapi tidak semuanya dapat melakukan riset dengan baik.
“Challenge nya adalah mereka tetap harus berpikir how to simplify complexity. Memberikan segala macam data dan informasi itu sangat gampang. Tapi, bagaimana mereka bisa memilih dan menggali lebih dalam lagi informasi dan insight yang benar-benar bermanfaat itu yang juga penting,” pungkasnya.
Penulis : Nur Laily Mucharomah
0 Komentar