Semarang — Program Studi S1 Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro (Undip) kembali mengadakan webinar pada hari Sabtu (21/11) yang diselenggarakan secara daring via Zoom Meeting. Webinar kali ini dilakukan untuk memberikan gambaran karir sebagai peneliti dan dosen kepada mahasiswa Ilmu Komunikasi setelah lulus dari perguruan tinggi nanti.
Tiga pembicara di webinar ini merupakan alumni S1 Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro yang berprofesi sebagai dosen di universitas lain. Salah satu dari ketiga pembicara tersebut adalah Dr. Phil. Y. Bambang Wiratmojo, S.Sos., MA yang merupakan seorang dosen Program Studi Ilmu Komunikasi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY).
Bambang Wiratmojo membuka webinar ini dengan materi bertajuk “A Scholarship-Hunter”. Cerita tentang dirinya yang diterima di pilihan ke-2 tes UMPTN yaitu jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro menjadi topik awal yang ia angkat.
“Ada rasa sedikit kecewa, wah kok pilihan ke-2 ya bukan pilihan ke-1? Padahal saya tuh dari kecil tinggal di Semarang dan ingin sekali ke luar kota, lepas dari orangtua, lepas dari keluarga,” ujar Bambang. Sebelumnya ia berkata bahwa pilihan pertamanya adalah jurusan Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada.
Bambang merasa saat itu Ilmu Komunikasi adalah ilmu yang baru dan tenaga pengajarnya juga masih sedikit. Namun, ayahnya berkelakar bahwa ini kesempatan Bambang untuk menjadi dosen nantinya. Saat itu Bambang mengelak, ia berkata bahwa dirinya tidak ingin menjadi dosen. Kisahnya ini juga ia bagikan di laman Facebook miliknya bertepatan dengan dies natalis ke-63 Universitas Diponegoro.
Menurutnya, selama duduk di bangku perkuliahan dirinya bukanlah mahasiswa yang menonjol. Ia pernah mengulang mata kuliah teori komunikasi sebanyak dua kali. Selain itu, Bambang mengaku IPK yang ia peroleh juga pas-pas an. Bambang mulai mendalami Ilmu Komunikasi ketika bergabung dengan penelitian dan proyek dosen-dosen Undip.
Bambang di tahun terakhir kuliahnya sempat menjadi asisten pengajar mata kuliah dasar-dasar komputer program studi D3 Humas. “Dari situ kemudian saya kepikiran, saya ingin sekolah lagi,” ujar Bambang.
Untuk melanjutkan pendidikan, Bambang butuh biaya. Saat itu informasi-informasi tentang beasiswa belum bisa diakses secara bebas. Ia lalu membuat akun Yahoo pada tahun 1995 untuk mengirim surel ke beberapa kedutaan besar yang ada di Indonesia demi mendapat informasi yang ia butuhkan itu.
“Saya menulis surat, saya ketik surat dan saya kirim itu ke kedubes-kedubes di Indonesia, kedubes Amerika, kedubes Jerman, kedubes Inggris. Saya cuma tanya, ‘Saya mau tanya nih, saya mahasiswa tingkat akhir, saya ingin sekolah dan saya mau cari beasiswa. Di negara Anda ada nggak beasiswa?’. Mereka menanggapi dengan baik, walaupun tidak serta-merta bilang ada beasiswa,” tutur Bambang.
Berbekal ijazah S1, Bambang sempat bekerja di sebuah biro iklan selama kurang lebih satu tahun sebelum akhirnya menjadi dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Atma Jaya (UAJY).
“Yang saya senang memang di kampus selalu ketemu dengan orang muda, mungkin saat itu usia ya hampir sama, tapi sekali lagi bahwa relasi beda banget saat di perusahaan swasta dengan di kampus, jadi lebih egaliter,” ujar Bambang.
Walaupun sudah menjadi dosen, Bambang tetap melanjutkan perburuan beasiswanya. Perjalanannya tidak mudah dan berkali-kali menelan penolakan dari lembaga-lembaga penyedia beasiswa. Ia pernah tiga kali ditolak AUSaid (Australian Aid), satu kali ditolak Chevening (UK Government’s Global Scholarship Programme), satu kali ditolak AMINEF (American Indonesian Exchange Foundation), dan satu kali ditolak DAAD German Academic Exchange (Deutscher Akademischer Austauschidienst).
Kegigihannya terbayar di tahun 2005 ketika Bambang mendapat beasiswa DAAD Jerman dan mulai berkuliah pada Oktober 2006 di Ilmenau University of Technology. Setelah lulus dari Ilmenau, Bambang pulang ke Indonesia dan kembali mengajar di UAJY. Tahun 2010, Bambang kembali mencari beasiswa untuk lanjut S3. Dengan modal kecerdasan serta sertifikat bahasa Jerman, Bambang pun mendapat beasiswa dari DIKTI dan melanjutkan S3 di Hamburg University.
Di akhir pemaparannya, ia menampilkan sebuah kutipan yang menjadi motivasinya untuk bisa sampai pada tahap ini.
“Don’t be afraid to dream … because all things in this world begin from a dream…”
Penulis: Dinda Khansa Berlian
0 Komentar