Poster webinar berjudul “Telaah Konten Video Persuasi Tentang Lingkungan Hidup Untuk Remaja” oleh Program Pengabdian masyarakat Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro. (Foto : Pribadi).
SEMARANG – Program Pengabdian masyarakat Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro sukses menyelenggarakan webinar bertajuk “Telaah Konten Video Persuasi Tentang Lingkungan Hidup Untuk Remaja”, Jumat, 4/6/2021 lalu. Webinar ini menghadirkan Dr. Yanuar Luqman dan Muhammad Bayu Widagdo, M.I.Kom, yang keduanya merupakan dosen Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro.
Diskusi yang berlangsung kurang lebih 3 jam dengan dihadiri hingga 80 peserta ini membahas isu lingkungan dan konten video sebagai bentuk persuasinya. Terbagi dalam dua sesi, webinar ini bukan hanya berbagi soal teknis, tetapi juga pencerahan bagaimana isu lingkungan mesti jadi perhatian umat manusia, utamanya kalangan muda.
Jendela Multimedia Lingkungan Hidup
Pada sesi pertama, Dr. Yanuar Luqman menyatakan Generasi Z cenderung peduli akan isu lingkungan, utamanya krisis iklim. Yanuar juga membawa nama Gretta Thunberg, perempuan muda asal Amerika Serikat yang garang menyuarakan isu krisis iklim sebagai role model.
“Menurut penelitian, responden dari Generasi Z menempatkan perubahan iklim sebagai masalah lingkungan yang vital, dilanjutkan polusi, dan terakhir terorisme,” kata Yanuar.
Yanuar juga menyoroti bagaimana lingkungan hidup di Indonesia memiliki masalah yang kompleks. Bahkan menurutnya, masalah lingkungan juga dihadirkan oleh pemerintah sendiri dalam hal eksploitasi alam demi kepentingan tertentu.
“Harus disadari bahwa banyak masalah lingkungan hidup; krisis iklim, polusi, standar hidup buruk, sebagai analogi jendela di mana pemerintah memiliki kekuatan lebih untuk mengeksploitasi alam bagi kepentingan mereka sendiri,” jelas Yanuar.
Menjelang akhir sesi, Yanuar menegaskan peranan persuasi dan literasi menjadi vital untuk isu ini. Persuasi menurutnya pendekatan yang paling baik dan tepat untuk membangun kesadaran. “Perlu digarisbawahi, konteks yang harus dibangun adalah kesadaran,” terangnya.
Sementara soal literasi, menurutnya orang yang melek lingkungan mampu memahami serta menafsirkan kesehatan sistem lingkungan dan mengambil tindakan yang tepat. Pun juga akan membubuhkan rasa optimis dan potensi lainnya menyoal isu lingkungan.
“Inilah wajah kita, keadaan kita sekarang, keadaan di luar teman-teman mungkin yang belum tahu sekaligus potensi dan optimisme yang bisa diraih dari masalah lingkungan,” timpalnya.
Yanuar menutup dengan pernyataan bahwa literasi dan persuasi cukup efektif melalui konten video seperti dokumenter dan semacamnya. “Video atau film bisa dijadikan bahan karena memiliki tema lingkungan, yaitu Diam dan Dengarkan (dokumenter di tengah pandemi),” pungkasnya.
Menyelidik Konten Video
Sesuai dengan judul webinar, sesi yang diisi Muhammad Bayu Widagdo, M.I.Kom ini menguliti bagaimana menelaah konten video, khususnya dalam tema lingkungan. Dalam pemaparan awalnya, Bayu mengatakan perlu adanya kecermatan dalam mengonsumsi konten video, Bayu juga menganjurkan agar lebih selektif dalam memilih konten.
“Orang belajar tata kamera, videografi, perlu latihan khusus untuk mengambil suatu objek. Dengan demikian, diperlukan kecermatan juga dalam menonton konten video. Harus lebih selektif dalam memilih dan menentukan konten yang ditonton,” ujarnya.
Dalam membuat konten lingkungan, Bayu memvitalkan konsep yang matang, validitas data, argumentasi yang mantap, dan pendistribusian pesan yang dibungkus apik.
“Selayaknya, mengedepankan aspek penting dan menarik pada konsep, kemudian berbasis data terbaru yang valid, argumentasi yang kuat, serta pengemasan pesan yang dikomunikasikan dengan menarik,” katanya.
Bayu menambahkan kurangnya perhatian pada aspek vital tadi membuat konten yang bertemakan lingkungan akan redup, bahkan berpotensi kalah dengan konten-konten nirfaedah.
“Kurangnya pengetahuan mengenai data, isu, pengemasan ide, kemampuan produksi yang baik, dan cara mengomunikasikan yang kurang menarik hanya akan membuat video bertema lingkungan hidup menjadi kurang respons,” tambahnya.
Perkembangan pesat teknologi dan munculnya pandemi, semakin membuat barang digital dekat dengan keseharian, Bayu berharap teknologi dapat menjadi corong untuk menebar kepekaan lingkungan, utamanya pada remaja.
“Sekarang, teknologi semakin didekatkan dengan keseharian. Harapannya, remaja memiliki kepekaan terhadap lingkungan dan sadar bisa menyampaikan kepada teman lain bahwa telah diberi kemudahan berteknologi,” tandasnya.
Webinar ini tak berhenti sampai sini. Sesi pengabdian Departemen Ilmu Komunikasi berikutnya direncanakan pada bulan Oktober mendatang yang bakal membahas tema lanjutan yakni Produksi Konten Video Persuasi Lingkungan Hidup.
Penulis : Luthfi Maulana Adhari
Reporter : Kartika Conny Brilliant Dwikananda
Editor : Dian Rahma Fika Alnina
0 Komentar