Cerita Pengalaman “KKN Pulang Kampung” Mahasiswa Ilkom Undip

Posted by adminkom

March 9, 2021

Semarang—Pandemi Covid-19 memang masih berlangsung sejak kasus positif pertama resmi diumumkan pada bulan Maret tahun 2020 lalu. Banyak sekali kegiatan yang terpaksa dilakukan secara online demi meminimalisir penyebaran virus, tak terkecuali program pengabdian mahasiswa—Kuliah Kerja Nyata (KKN). Universitas Diponegoro yang menjadikan kegiatan KKN sebagai agenda rutin tahunan bagi mahasiswa secara berkelompok di berbagai daerah penempatan, kini harus memutar otak.

Tidak perlu berlama-lama, pihak universitas pun akhirnya mencetuskan sebuah konsep baru berupa KKN Online dengan tajuk “KKN Pulang Kampung”. Dapat dilihat dari namanya, KKN ini dilaksanakan di daerah tempat tinggal masing-masing dari mahasiswa dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Syahrul Sahrila, mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2017 yang sampai saat ini masih menjalankan tugas KKN-nya menyempatkan diri untuk berbagi pengalaman. Menurutnya, sistem KKN pada masa pandemi ini dirasa kurang efektif dan kurang terstandarisasi secara keseluruhan di semua daerah. Anggapan ini bukan tanpa sebab, pasalnya sering terjadi perbedaan tugas atau perintah dari dosen antara mahasiswa satu dengan mahasiswa lainnya di daerah yang berbeda.

“Selain itu, dosen sering menggunakan waktu untuk berdiskusi di luar dari jam produktif. Misal jam 10 malam,” tambah Syahrul.

Berdasarkan pengalaman pribadi dan cerita dari teman-temannya, aktivitas KKN ini lebih bersifat tekstual  daripada aplikatif. Kendati demikian, Syahrul mengaku bahwa hal ini wajar karena KKN ini bersifat individu.

“Kemudian, sistem KKN yang bersifat individu ini cukup menyulitkan bagi peserta KKN. karena beban tugas dan inovasi ditanggung sendiri oleh mahasiswa secara pribadi. Di sisi lain, menjadi poin plus karena sulit untuk menjangkau teman satu daerah dengan tempat yang jauh dan berbeda,” ujar Syahrul.

Kontribusi yang ia berikan selama KKN adalah dengan aktif berpartisipasi dalam kegiatan seperti karang taruna, lingkungan RT/RW, dan kecamatan di daerah tempat tinggal. Syahrul mengaku kegiatan yang sering dilakukan adalah sosialisasi secara langsung maupun tidak langsung mengenai Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) atau bahaya COVID-19.

Segala hal yang sudah terencana pasti memiliki kekurangan dan kelebihan, begitu juga dengan KKN Online. Syahrul merasa di satu sisi ia dimudahkan dalam beberapa hal, seperti tidak terlalu perlu melakukan perubahan yang sangat signifikan karena bersifat individu yang kurang memungkinkan adanya perubahan signifikan setelah pelaksanaan KKN. Di sisi lain, KKN Online ini ia rasa sangat menyusahkan karena harus melakukan banyak hal yang menguras tenaga akibat dilakukan secara individual: seperti mengurus surat menyurat, izin ke perangkat desa dan pemerintah kota, dokumentasi individu, dan dosen yang sulit untuk diajak berdiskusi.

Walaupun dilakukan secara Online, pihak Departemen Ilmu Komunikasi tidak serta-merta lepas tangan. Menurut Syahrul, pihak departemen tetap mendampingi dan membimbing peserta KKN secara online.

“Dukungan departemen adalah dengan memberikan saran kepada mahasiswa jurusan ini dalam mengambil pijakan untuk program yang dibuat. Selebihnya, peserta KKN dipersilahkan melakukan eksplorasi,” tutup Syahrul.

Reporter: Rahma Kurniasari

Penulis: Dinda Khansa Berlian

More from Ilmu Komunikasi

0 Komentar

You cannot copy content of this page