Semarang – Bantu Sembako merupakan salah satu gerakan sosial yang diinisiasi oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Undip untuk membantu para mahasiswa perantauan yang masih menetap di Tembalang akibat terdampak Covid-19. Bantu Sembako mengumpulkan donasi dalam bentuk uang dan disalurkan berwujud sembako kepada mahasiswa yang membutuhkan.
Gerakan ini pertama kali dilaksanakan ketika awal pandemi mulai merebak di Indonesia yaitu sekitar Maret 2020 oleh mahasiswa Ilmu komunikasi angkatan 2017 kemudian berlanjut pada Oktober-Desember 2020 oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2018.
“Kami berpikiran untuk melanjutkan gerakan yang sudah dijalankan sebelumnya oleh kakak tingkat karena kan sudah ada nama juga dan untuk melanjutkan apa yang sudah baik kan kenapa tidak?” ungkap Jasmine selaku Head of Public Relations Bantu Sembako.
Gerakan Bantu Sembako dilakukan atas dasar kepedulian mahasiswa Ilmu Komunikasi Undip terhadap kawan-kawan mahasiswa lainnya yang tidak dapat kembali ke kampung halaman.
“Beberapa dari mereka ada yang lagi ngerjain tugas akhir, skripsi, kendala internet, atau orang tuanya memang belum bisa membelikan tiket pulang, karena yang rumahnya jauh atau beda pulau itu harus rapid atau swab test dulu. Dan atau mungkin keadaan di rumah tidak nyaman untuk belajar” jelas Jasmine.
Selama dua bulan, tim Bantu Sembako berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp. 12.233.000 dari target awal sebesar Rp. 10.000.000. Selain itu, sebanyak 214 paket sembako telah berhasil disalurkan kepada kawan mahasiswa dan 12 paket sembako lainnya dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Donasi tersebut didapatkan dari para donatur diantaranya alumni mahasiswa Ilmu Komunikasi Undip, dosen Ilmu Komunikasi Undip, mahasiswa, teman, keluarga, maupun masyarakat sekitar.
Pendistribusian sembako rutin dilakukan setiap dua minggu sekali sejak Oktober hingga awal Desember 2020. Paket sembako yang diberikan berupa bahan makanan seperti mie instan, minyak, telur, beras, kornet, serta biskuit. Selain itu, tim Bantu Sembako juga terlebih dahulu melakukan survei melalui formulir daring untuk mengetahui siapa saja yang layak menerima bantuan dari tim Bantu Sembako.
“Kami meminta data pribadi seperti nama, alamat, termasuk alasan mereka masih menetap di Tembalang. Lalu, kami juga memastikan apakah mereka punya dapur atau enggak karena kan sembako yang kami berikan itu bahan mentah ya, kami memikirkan itu agar bisa awet dalam jangka waktu yang panjang. Jadi kan kalau misalnya gak ada dapur agak sayang ya (paket sembakonya)” ujar Jasmine.
Melihat jumlah donasi yang terkumpul dan respon positif dari para penerima bantuan sembako, tim Bantu Sembako berharap agar semakin banyak orang baik yang peduli dan dapat memantik timbulnya gerakan-gerakan mahasiswa lain untuk saling mengulurkan tangan di situasi saat ini.
“Alhamdulillah terimakasih banyak untuk orang baik yang masih mau menuangkan berapapun nominalnya untuk berdonasi. Walaupun di situasi pandemi, masih banyak orang baik yang tidak hanya memikirkan diri sendiri tetapi juga peduli kepada orang lain. Masih banyak yang berpikir bahwa dengan saya berbagi maka rezeki saya tidak akan diputuskan oleh Tuhan, malah justru itu membuka pahala dan rezeki-rezeki yang lain” pungkas Jasmine.
Penulis: Nur Laily Mucharomah
0 Komentar