Pengalaman Meniti Karier di Dunia Akademisi dan Menuntut Ilmu di Belanda

Posted by adminkom

December 1, 2020

Semarang – Dr. Desi Dwi Piranti merupakan seorang dosen di Universitas Brawijaya dan juga alumni Ilmu Komunikasi Undip. Ia merupakan salah satu pembicara dalam acara webinar dengan tajuk Karier Akademisi dan Peneliti di Bidang Komunikasi yang diselenggarakan oleh Program Studi S1 Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro (Undip) telah berlangsung dengan lancar pada Sabtu (21/11) lalu.  Desi berbicara banyak hal mengenai pengalamannya, mulai dari ketertarikannya untuk menjadi pengajar (guru) sedari kecil, hingga kemudian menemukan ketertarikan pada bidang Ilmu Komunikasi saat berkuliah di Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro.

“Selama kuliah saya merasakan kecintaan pada Ilmu Komunikasi karena itu merupakan ilmu yang kita praktikkan dan dapat kita refleksikan dalam kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.

Selayaknya anak muda pada umumnya, saat lulus S1 Desi melamar pekerjaan di berbagai perusahaan besar, yaitu Trans TV, LIPI, dan Universitas Brawijaya. Ia akhirnya diterima sebagai salah satu dosen di Universitas Brawijaya dengan ijazah S1. Selama menjadi dosen di Universitas Brawijaya, Desi mengatakan bahwa ia melihat adanya polarisasi antara dunia praktisi dan dunia akademisi. Keingintahuan Desi pada dunia praktisi dan dunia akademisi mendorong dirinya untuk melanjutkan studi S2 dengan mencari berbagai beasiswa.

Namun, mencari beasiswa tidaklah mudah, ia mencoba berulang kali, bahkan Desi mengalami kegagalan berkali-kali, hingga akhirnya berhasil mendapatkan beasiswa di salah satu universitas di Belanda. Ia sangat tertarik untuk melanjutkan studinya di Belanda untuk mengetahui apakah seorang akademisi tidak bisa menguasai dunia praktisi. Ternyata selama kuliah di Belanda, Desi menemukan bahwa polarisasi antara praktisi dan akademisi itu tidak terlalu besar.

“Saat saya di Belanda, saya menemukan bahwa ternyata polarisasi antara praktisi dan akademisi itu tidak terlalu besar. Untuk menjadi praktisi butuh kemampuan akademisi karena kemampuan memahami teori dalam Komunikasi sangatlah diperlukan,” ujar Desi

Desi juga bercerita mengenai studi S3 di bidang Philosophical Culture yang juga ditempuh di Belanda. Pilihannya ini bukanlah tanpa alasan, ia mengatakan bahwa ia tertarik dengan Philosophical Culture karena pengalaman pribadi saat berada di Indonesia, terutama mengenai asumsi orang Indonesia yang terkadang tidak adil. Selain itu, Desi juga ingin apa yang ia pelajari dapat membantu masyarakat Indonesia berpikir mengenai alternatif-alternatif lain mengenai realitas sosial. Selama menjalani S3 Desi mempelajari banyak hal dan juga mendapat banyak pengalaman berharga.

Materi yang Desi berikan ditutup dengan pesan untuk mahasiswa yang hadir pada webinar tersebut.

“Jangan sampai menyia-nyiakan waktu saat kuliah, dalam artian kuliah itu proses menggali ilmu sebanyak-banyaknya karena waktu tidak akan kembali lagi. Tidak ada ilmu yang mubazir, semua akan terpakai,” tutup Desi

Penulis: I Gusti Ayu Nyoman Septiari

More from Ilmu Komunikasi

0 Komentar

You cannot copy content of this page