Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Diponegoro dikenal sebagai salah satu program studi yang memberikan fleksibilitas tinggi kepada mahasiswanya, terutama dalam hal memilih topik skripsi. Fleksibilitas ini memungkinkan mahasiswa untuk menggali isu-isu sesuai dengan minat pribadi mereka yang tentu saja tetap berada dalam kerangka keilmuan komunikasi. Salah satu bukti konkret dari hal ini dapat dilihat pada pengalaman Marcella Vyskarrin Hanumuty, atau yang akrab disapa Karrin, mahasiswi angkatan 2021, yang mengangkat topik skripsi bertema K-Drama, sebuah pilihan yang terbilang unik dan tidak lazim di lingkungan akademik pada umumnya.
Karrin menyusun skripsi dengan judul “Representation of Alpha Female Character in the Korean Drama Queen of Tears.” Ia mengaku memilih topik tersebut karena ketertarikannya pribadi terhadap drama Korea, ditambah dengan popularitas drama tersebut pada saat itu. Selain itu, isu tentang alpha women sedang ramai diperbincangkan di media sosial dan turut digaungkan oleh banyak figur publik dunia.
“Alasannya simple, karena aku suka drama korea ditambah QOT waktu itu lagi populer, dan notion tentang alpha women itu lagi banyak banget dibahas di media sosial. Bahkan, influencers dan artis dunia tuh ikut menggemakan bahasan tersebut. One of the way yang mudah untuk mempelajari behavior adalah melalui film atau series drama.” ujar Karrin saat ditanya terkait alasan memilih topik yang unik tersebut.
Bagi Karrin, K-Drama bukan hanya tontonan, tetapi juga cerminan budaya dan nilai sosial yang layak dikaji secara ilmiah. Melalui serial seperti Queen of Tears, ia melihat peluang untuk memahami perilaku dan representasi perempuan dengan pendekatan akademik yang mendalam. Namun, perjalanan menulis skripsi tidak selalu berjalan mulus. Tidak sedikit yang meragukan topik skripsi yang sudah dipilih.
“Sempet aku ganti judul berkali-kali, bahkan sampai lupa judul pertamaku tuh apa. Komen orang-orang ke aku (setelah memilih topik ini) sih lebih kayak, “emang bisa drakor dijadikan penelitian untuk skripsi?”. Lumayan banyak yang tanya pas pertama kali aku mulai ngerjain.” jelasnya.
Selama proses penyusunan skripsi, hal yang paling berkesan bagi Karrin adalah kedekatannya secara emosional dengan karakter utama, Hong Hae-in. Ia menyebut bahwa karakter tersebut mengajarkannya tentang bagaimana perempuan bisa bertahan di tengah dinamika kehidupan, bagaimana menyeimbangkan kehidupan profesional dan pribadi, dan bagaimana tetap terlihat kuat meskipun memiliki sisi rapuh di dalam. Pengalaman ini membuat proses menulis skripsi menjadi tidak hanya tugas akademik, tetapi juga perjalanan yang memperkaya pemahamannya sebagai individu dan sebagai perempuan.
Dalam proses pengerjaan skripsi, Karrin merasa sangat terbantu oleh berbagai mata kuliah yang telah ia pelajari selama kuliah. Ia menyebutkan bahwa mata kuliah seperti penelitian kuantitatif dan kualitatif, riset komunikasi strategis, teori komunikasi, serta komunikasi gender memiliki kontribusi langsung terhadap pengerjaan skripsinya. Dari mata kuliah tersebut, ia belajar memahami konsep dasar penelitian, memilih teori yang tepat, serta menyusun tulisan ilmiah yang sistematis dan relevan. Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum yang diberikan oleh Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP memang disusun untuk mempersiapkan mahasiswa menghadapi tugas akhir mereka dengan baik.
Sebagai bentuk refleksi atas pengalamannya, Karrin memberikan beberapa pesan kepada mahasiswa lain, khususnya mahasiswa tingkat akhir. Ia menekankan pentingnya memanfaatkan proses perkuliahan dengan serius sejak awal dan memahami materi yang diajarkan di kelas karena semuanya akan berguna saat menyusun skripsi. Ia juga menyarankan agar tidak menyerah di tengah jalan, sekecil apa pun progres harian tetap akan membawa kita menuju penyelesaian. Ia percaya bahwa dengan konsistensi, dukungan dari dosen pembimbing, dan teman-teman yang mendukung, skripsi bukanlah hal yang mustahil untuk diselesaikan tepat waktu.
Pengalaman Karrin menjadi contoh nyata bahwa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP memberikan ruang bagi kreativitas, minat personal, dan kebebasan intelektual mahasiswa dalam menyusun karya ilmiah. Dengan pendekatan yang terbuka dan dukungan akademik yang kuat, mahasiswa dapat mengangkat topik-topik kekinian dan populer sekalipun, asalkan dikaji dengan pendekatan ilmiah yang tepat. Ini menjadi bukti bahwa ilmu komunikasi di UNDIP tidak hanya relevan dengan perkembangan akademik, tetapi juga adaptif terhadap dinamika budaya populer yang terus berkembang.
0 Komentar